Minggu, 08 Maret 2009

segitiga bermuda

Darmanks Misterious World

Misteri Dunia Air Bawah Tanah di Meksiko


TaSegitiga_bermudak semua pertanyaan ada jawabannya. Demikian pula dengan
sejumlah peristiwa dan fenomena alam di bumi ini. Tak semua (belum) bisa
dijelaskan.

Bagi Anda yang gemar kisah misteri, pasti mengenal Segitiga Bermuda.
Wilayah laut di selatan Amerika
Serikat dengan titik sudut Miami (di Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan Bermuda
ini, telah berabad-abad menyimpan kisah yang tak terpecahkan. Misteri demi
misteri bahkan telah dicatat oleh pengelana samudera macam Christopher Columbus.

Sekitar 1492, ketika dirinya
akan mengakhiri perjalanan jauhnya menuju dunia barunya, Amerika, Columbus
sempat menyaksikan fenomena aneh di wilayah ini. Di tengah suasana laut yang
terasa aneh, jarum kompas di kapalnya beberapa kali berubah-ubah. Padahal cuaca saat
itu begitu baik.

Lebih dari itu, tak jauh dari kapal,
pada suatu malam tiba-tiba para awaknya dikejutkan dengan munculnya
bola-bola api yang terjun begitu saja ke dalam
laut. Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari arah ufuk yang kemudian
menghilang begitu saja.

Begitulah Segitiga Bermuda. Di
wilayah ini, indera keenam memang seperti dihantui ’suasana’ yang tak biasa.
Namun begitu rombongan Columbus masih terbilang beruntung, karena hanya
disuguhi ‘pertunjukkan’. Lain dengan pelintas-pelintas yang lain.

Menurut catatan kebaharian,
peristiwa terbesar yang pernah terjadi di wilayah
ini adalah lenyapnya sebuah kapal berbendera Inggris, Atalanta, pada 1880. Tanpa
jejak secuilpun, kapal yang ditumpangi tiga ratus kadet dan perwira AL Inggris itu raib
di sana. Selain Atalanta, Segitiga Bermuda juga telah menelan ratusan kapal lainnya.

Di lain kisah, Segitiga Bermuda
juga telah membungkam puluhan pesawat yang melintasinya. Peristiwa terbesar
yang kemudian terkuak sekitar 1990 lalu adalah raibnya iring-iringan lima Grumman
TBF
Avenger AL AS yang tengah berpatroli melintas wilayah laut ini pada siang hari
5 Desember 1945. Setelah sekitar dua jam penerbangan komandan
penerbangan melapor, bahwa dirinya dan anak
buahnya seperti mengalami disorientasi. Beberapa menit kemudian kelima TBF Avenger
ini pun raib tanpa sempat memberi sinyal SOS.

Anehnya, misteri Avenger tak
berujung di situ saja. Ketika sebuah pesawat SAR
jenis Martin PBM-3
Mariner
dikirim mencarinya, pesawat amfibi gembrot dengan tigabelas awak ini pun
ikut-ikutan lenyap. Hilang bak ditelan udara.
Keesokan harinya ketika wilayah-wilayah laut yang diduga menjadi tempat kecelakaan
keenam pesawat disapu enam pesawat penyelamat pantai dengan 27 awak, tak satu
pun serpihan pesawat ditemukan. Ajaib.

Tahun demi tahun berlalu.
Sekitar 1990, tanpa dinyana seorang peneliti berhasil menemukan onggokan
kerangka pesawat di lepas pantai Fort Launderdale, Florida. Betapa terkejutnya
orang-orang yang menyaksikan. Karena, ketika dicocok

kan, onggokan metal itu ternyata
bagian dari kelima TBF Avenger.

Hilangnya C-119

Kisah ajaib lainnya adalah
hilangnya pesawat transpor C-119
Flying
Boxcar
pada 7 Juni 1965. Pesawat tambun mesin
ganda milik AU AS bermuatan kargo ini, hari itu pukul 7.47 lepas landas dari Lanud
Homestead. Pesawat dengan 10 awak ini terbang menuju Lapangan Terbang Grand
Turk, Bahama, dan diharapkan mendarat pukul 11.23.

Pesawat ini sebenarnya hampir
menuntaskan perjalanannya. Hal ini diketahui
dari kontak radio yang masih
terdengar hingga pukul 11. Sesungguhnya memang tak ada yang mencurigakan.
Kerusakan teknis juga tak pernah dilaporkan.
Tetapi Boxcar tak pernah sampai tujuan.

"Dalam kontak radio terakhir tak
ada indikasi apa-apa bahwa pesawat tengah mengalami masalah. Namun setelah
itu kami kehilangan jejaknya," begitu ungkap juru bicara Penyelamat Pantai Miami.
"Besar kemungkinan pesawat
mengalami masalah kendali arah (
steering
trouble
) hingga nyasar ke lain arah," tambahnya.

Seketika itu pula tim SAR
terbang menyapu wilayah seluas 100.000 mil persegi yang diduga menjadi tempat
kandasnya C-119. Namun hasilnya benar-benar nihil. Sama seperti hilangnya
pesawat-pesawat lainnya di wilayah ini, tak satu pun
serpihan pesawat atau tubuh manusia ditemukan.

"Benar-benar aneh. Sebuah
pesawat terbang ke arah selatan Bahama dan hilang begitu saja tanpa jejak," demikian
komentar seorang veteran penerbang Perang Dunia II.

Seseorang dari Tim SAR mengatakan,

kemungkinan pesawat jatuh di antara
Pulau Crooked dan Grand Turk. Bisa karena masalah struktur, ledakan, atau
kerusakan mesin. Kalau memang pesawat meledak, kontak radio memang pasti tak akan
pernah terjadi, tetapi seharusnya kami bisa menemukan serpihan pecahannya. Begitu
pula jika pesawat mengalami kerusakan, mestinya sang pilot bisa melakukan
ditching (pendaratan darurat di atas air).
Pasalnya, cuaca saat itu dalam keadaan baik. Dalam arti langit cerah, ombak hanya sekitar
satu meter, dan angin hanya 15 knot.

Analisis selanjutnya memang
mengembang kemana-mana. Namun tetap tidak menghasilkan apa-apa. Kasus C-119
Flying Boxcar pun terpendam begitu saja, sampai akhirnya pada tahun 1973 terbit
artikel dari International UFO Bureau yang mengingatkan kembali sejumlah orang
pada kasus ajaib tersebut.

Dalam artikel ini dimuat
kesaksian astronot
Gemini IV, James McDivitt
dan Edward H. White II, yang justru membuat runyam masalah. Rupanya pada
saat-saat di sekitar raibnya C-119, dia kebetulan tengah mengamati wilayah di
sekitar Karibia. Gemini kebetulan memang sedang mengawang-awang di sana.
Menurut catatan NASA, pada 3 sampai 7 Juni 1965 keduanya tengah melakukan
eksperimen jalan-jalan ke luar kapsul Gemini
dengan perlengkapan yang dirahasiakan.

Menurut
Divitt, dia melihat sebuah pesawat tak dikenal (UFO) dengan semacam
lengan mekanik kedapatan sedang meluncur di atas Karibia. Beberapa
menit kemudian Ed White pun menyaksikan obyek lainnya yang serupa.
Sejak itulah lalu merebak isu, C-119 diculik UFO. Para ilmuwan pun
segera tertarik menguji kesaksian ini. Tak mau percaya begitu saja,
mereka mengkonfirmasi obyek yang dilihat
kedua astronot dengan satelit-satelit yang ada disekitar Gemini IV.
Boleh jadi ‘kan yang mereka salah lihat ? Maklum saat itu (hingga kini
pun), banyak pihak masih menilai sektis terhadap kehadiran UFO.

Ketika itu kepada kedua
astronot disodori gambar
Pegasus 2, satelit
raksasa yang memang memiliki antene mirip lengan sepanjang 32 meter dan
sejumlah sampah satelit yang ada di sekitar itu. Namun baik dari bentuk dan jarak,
mereka menyanggah jika telah salah lihat.

"Sekali lagi saya tegaskan,
dengan menyebut UFO ‘kan tak berarti saya menunjuk pesawat ruang angkasa dari
planet lain. Pengertian UFO sangat universal. Bahwa jika saya melihat pesawat yang
menurut penilaian saya tak saya kenal, tidakkah layak jika saya menyebutnya
sebagai UFO?" sergah Divitt.

Begitulah kasus C-119 Flying
Boxcar yang tak pernah terpecahkan hingga kini. Diantara kapal atau pesawat yang raib
di wilayah Segitiga Bermuda kisahnya memang senantiasa sama. Terjadi
ketika cuaca sedang baik, tak ada masalah teknis, kontak radio berjalan biasa, tetapi
si pelintas tiba-tiba menghilang begitu saja. Tanpa meninggalkan jejak sama sekali.

Tidak ada komentar: